Jakarta Tenggelam

Thursday, 19 July, 2007 at 2:03 PM 6 comments

Tahun 2050, Jakarta Bakal Tenggelam

jakarta-banjir.jpgBanjir telah menjadi persoalan klasik di Jakarta. Bahkan, sejak zaman penjajahan Belanda. Hampir setiap tahun, ibu kota negara selalu digenangi air. Dalam siklus lima tahunan, banjir besar kerap merendam Jakarta. Setidaknya, bencana ekologis yang cukup besar pernah dialami Jakarta, yaitu pada 1621, 1654, 1918, 1979, 1996, 2002, dan 2007. Tapi, pernahkan kita bayangkan jika pada 2050,sekitar 160 km2atau sekitar 25% wilayah Jakarta akan tenggelam secara permanen? Berdasarkan penelitian sejumlah ahli iklim Institut Teknologi Bandung pada 2006 lalu, wilayah Penjaringan, Tanjung Priok, dan Koja di bilangan Jakarta Utara,pada 2050 akan tenggelam. Ciri-ciri kasat mata dari tenggelamnya Jakarta bisa dilihat dari garis pantai di utara kota yang dulu bernama Batavia ini sudah berubah.Garis pantai mulai masuk ke daratan akibat proses abrasi (pengikisan daratan oleh air laut). Kondisi ini disebabkan dua situasi sekaligus. Pertama, turunnya permukaan tanah di Jakarta akibat pola pembangunan yang tidak berwawasan lingkungan. Keberadaan gedung-gedung pencakar langit yang menghujam tanah Jakarta perlu dikaji ulang.

Saat ini Jakarta tak ubahnya belantara beton. Berdasarkan penelitian Bloomberg New York, keberadaan gedung pencakar langit sangat berperan besar dalam meningkatkan emisi karbondioksida (CO2). Setidaknya, 79% emisi gas rumah kaca diproduksi wilayah perkotaan. Sedangkan 21% emisi karbondioksida dihasilkan dari penggunaan energi dari sektor transportasi massa. Rata-rata penurunan muka tanah di Jakarta berkisar 0,87 cm per tahun.

Kedua, pada saat yang bersamaan terjadi kenaikan muka laut rata-rata 0,57 cm per tahun. Kecepatan naik muka air laut di beberapa wilayah utara Jakarta berbeda-beda.Tapi, menurut hasil penelitian itu, tren yang muncul menunjukkan kenaikan. Pada 1925, kondisi muka laut di Teluk Jakarta tercatat 51,19 cm.Dalam 25 tahun berikutnya (1950),muka laut bertambah 14,37 cm. Pada 25 tahun selanjutnya (1975), terjadi kenaikan muka laut sebesar 14,38 cm. Jumlah kenaikan muka laut Teluk Jakarta setiap 25 tahun berada di kisaran 14,37 cm atau rata-rata kenaikan per tahun sebesar 8 mm.

Berdasarkan asumsi tersebut,maka pada 2050 diperkirakan muka laut di Teluk Jakarta akan mencapai 123,06 cm (1,23 meter). ”Dari data itu, kita simulasikan secara komputerisasi dan didapatkan sekitar 160 km2 wilayah Jakarta tenggelam permanen,” ujar Armi Susandi, peneliti ITB yang ditemui SINDO pekan lalu. Dia menjelaskan, data parsial penurunan muka tanah yang diambilnya berdasarkan pengamatan sejak 1900-an. Selain itu, para peneliti juga memiliki data fatsun yang diambil sejak 1920-an dan dianggap sebagai parameter kenaikan permukaan laut.Setelah semua data terkumpul, lalu dilakukan ekstrapolasi dari dua tren kondisi yang terjadi di Jakarta.

”Setiap tahun kita amati dan kumpulkan datanya sebelum diekstrapolasi,” tegasnya. Untuk mendapatkan hasil penelitian, masalah pembuatan peta (topografi dan perubahan tata guna lahan) menjadi peta digital membutuhkan waktu yang cukup lama.Tapi, Armi menjelaskan, hasil yang didapatnya sangat mendekati kebenaran, jika tidak dilakukan antisipasi sejak sekarang. Berdasarkan penelitiannya,tak pelak mengubah persepsi bahwa masalah pemanasan global bukan hanya terkait masalah lingkungan. Dampak lainnya yang cukup signifikan adalah masalah batas wilayah negara yang notabene bersinggungan dengan pertahanan nasional.

”Masalah mitigasi harus dilakukan karena ini juga menyangkut batas wilayah,”tukasnya sembari menyebutkan hasil penelitian yang diluncurkan pada awal tahun ini sudah ditayangkan televisi Al Jazeera Internasional. Hatta mengatakan, kondisi Jakarta hanyalah sebagian kecil dari wilayah yang mewakili pesisir Pulau Jawa. Asumsinya, jika pola pembangunan di seluruh pesisir Jawa yang konon tidak mengindahkan lingkungan, seperti dibabatnya vegetasi hutan bakau di sepanjang Pantai Utara hingga di selatan Jawa. Bukan tidak mungkin pada 2050 Pulau Jawa akan ”kurus”akibat sebagian wilayah pesisir tenggelam.

Terlebih, wilayah utara Jawa sangat berpotensi tenggelam.Asumsinya, wilayah utara Jawa berada di atas kutub Euroasia (lempeng Euroasia), sedangkan di bagian selatan yang merupakan lempeng Indoaustralia terus menekan sehingga menimbulkan kecenderungan kenaikan permukaan tanah di bagian selatan. Menteri Negara Lingkungan Hidup Rahmat Witoelar secara tegas mengatakan, untuk meminimalkan kondisi Jakarta pada 2050, seluruh komponen bangsa baik pemerintah maupun masyarakat perlu melakukan ”taubat”dengan menghentikan dosa-dosa (pembangunan) yang terjadi sekarang.

Sehingga kerusakan lingkungan bisa diundur. ”Kita sudah terlambat 50 tahun di dunia karena tidak sadar. Ini pasti terjadi,” tegasnya. Bahkan, beberapa waktu lalu, lembaga penelitian internasional dari badan riset Australia mengumumkan hasil penelitian yang menyebutkan kenaikan muka laut yang secara berangsur-angsur menunjukkan tren kenaikan akan mengancam kelangsungan negara kepulauan. Dalam penelitian itu disebutkan, pada 2001 lalu, Tuvalu, negara kepulauan di Samudera Pasifik, terpaksa mengungsikan 11 ribu warganya akibat kenaikan muka laut.Tuvalu menandatangani perjanjian dengan Selandia Baru, yaitu warga negara dari seluruh negeri itu dipindahkan ke negara Kiwi tersebut.

Kondisi ini tidak terlepas dari peristiwa yang terjadi pada 1995– 2002,yakni semenanjung Kutub Selatan kehilangan sandaran es sekitar 12.500 km2, atau setara empat kali lipat luas wilayah Luksemburg. Jika masyarakat Jakarta termasuk pemerintah tidak mengambil langkah-langkah positif. Misalnya memperbaiki wilaya pesisir dengan menumbuhkan kembali vegetasi bakau, bukan tidak mungkin sebagian warga Jakarta akan menjadi pengungsi cuaca seperti yang dialami warga Tuvalu. (sunu hastoro/yani a)

Sumber: http://www.seputar-indonesia.com

Entry filed under: Info-Berita.

Kemampuan vs. Keterbatasan Manajemen Waktu Dalam Islam

6 Comments Add your own

  • 1. Bernard  |  Tuesday, 8 April, 2008 at 10:39 AM

    biar aja jakarta tu tenggelam, biar ganti ibu kota negara kita….

    Reply
  • 2. rofie  |  Friday, 16 January, 2009 at 10:01 AM

    BIAR AJA TENGGELEM, BIAR PINDAH KE PURWOREJO..

    Reply
  • 3. alden llamera  |  Friday, 6 February, 2009 at 2:05 PM

    ya Allah,…

    banyak-banyak bertobat lah. . .

    JANGAN BUANG SAMPAH SEMBARANGAN,,BAGI PARA MANUSIA JAKARTA ,, NYADAR DONK,, BISANYA MAEN KEKERASAN DOANK,, NGABISIN DUIT BONYOK LO PADA BUAT HAVE FUN,,

    gw dah jarang ngeliat taman,, bahkan sawah jaa,,di obrak-abrik buat bikin gedung inilah,,itulah,,,BULLSHIT..!!

    kalo emank mau bikin gedung2 pencakar langit,, jagan banyak2,, MENNDING PEKERJANYA DIAMBIL DARI ORANG-ORANG PENGANGGURAN,,ehh,,isinya juga si mister ma missis milyarderr…

    ASTAGFIRULLAH,…NAUDZUBILLAH…!!!!

    Reply
  • 4. Rini Hapsa  |  Thursday, 21 May, 2009 at 9:24 AM

    Pindahin aja tu ke bogor atw bandung!

    Makin sumpek jakarta….

    Reply
  • 5. arumkab  |  Friday, 14 September, 2012 at 3:53 PM

    bagus bbgt jakarta banjjir … dri [pada kiamat …

    Reply
  • 6. Abdul Hannan  |  Saturday, 19 January, 2013 at 5:17 AM

    Makanya untuk jakarta kurangi maksiat…..nya,begitu dech jadinya.semua jadi kena imbasnya

    Reply

Leave a comment

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Kalender

July 2007
S M T W T F S
1234567
891011121314
15161718192021
22232425262728
293031  

Statistik

  • 43,544 hits

Galeri Photo